Sepotong Hati Yang Baru
04.56
Hay sobat saya mau berbagi nih sinopsis buku terbaru Tere Liye yang berjudul “Sepotong Hati yang Baru” merupakan buku serial “Berjuta Rasanya”. Di dalamnya terdapat cerita yang seru-seru. Judulnya bermacam-macam. Ya...bisa dibilang seperti kumpulan cerita. Judul cerita dalam buku “Sepotong Hati yang Baru” ini diantaranya:
1. Hiks, Kupikir Itu Sungguhan
2. Kisah Sie Sie
3. Sepotong Hati yang Baru
4. Mimpi-Mimpi Sampek-Engtay
5. Itje Noerbaja & Kang Djalil
6. Kalau Semua Wanita Jelek
7. Percayakah Kau Padaku
8. Buat Apa Disesali....
Berikut ini akan saya sajikan satu persatu sinopsis dari judul-judul yang ada dalam buku “Sepotong Hati yang Baru”.
Hiks, Kupikir Itu Sungguhan
Nana, Putri, dan Sari adalah teman akrab sejak SMA. Tak pernah terpisahkan. Sampai-sampai mereka melanjutkan ke perguruan tinggi yang sama. Tempat tinggalnya pun satu kontrakan. Wah benar-benar teman sehidup semati dan seperjuangan. Di kampus mereka, ada seorang cowok populer bernama Rio. Seluruh mahasiswi di kampus mengidolakan Rio. Termasuk Putri. Putri selalu merasa GR ketika Rio memberi senyuman, menyapa Putri, bahkan Rio ngelike status Putri, Putri langsung girang setengah mati. Rio memang supel dengan semua orang. Siapapun yang berpapasan dengannya, pasti akan diberikan senyuman paling indah. Siapapun yang Rio kenal, pasti akan mendapat perhatian darinya. Tapi, Putri tetap merasa bahwa Rio memberikan perhatian khusus untuk Putri. Nana dan Sari sudah berkali-kali memberi pengertian pada Putri bahwa memang begitulah sifat Rio. Parahnya, semua yang disukai Rio, pasti Putri juga ikut menyukainya.
Putri mulai sadar bahwa Rio tidak menyukainya ketika Rio mulai sering mengomentari status facebook Nana. Kali ini Nana yang GR. Karena Rio selalu memuji keahlian Nana membuat kue. Saat itu, apa yang dirasakan Nana persis seperti yang dirasakan Putri. Apalagi kalau bukan Gede Rasa alias GR. Melayang setiap mendengar pujian-pujian dari Rio. Padahal belum tentu pujian dari Rio itu menandakan kalau Rio menyukai Nana. Ternyata benar, suatu saat Rio mengajak Nana bertemu dengan orang tua Rio. Badan Nana gemetar. Keringat dingin karena secepat itukah Rio akan mengenalkan Nana dengan orang tuanya, pikir Nana. Tapi, apa yang terjadi tidak seperti yang dipikirkan Nana. Ternyata Rio mengajak bertemu orang tuanya hanya untuk memberikan semangat kepada Nana untuk terus mengembangkan bisnis kuenya. Kebetulan Mama Rio adalah pemilik jaringan kue terkenal. Sebab itulah, Rio menginginkan supaya bisnis kue-kue Nana bisa terkenal seperti bisnis mama Rio.
Dan ternyata Nana yang tidak pernah absen memberikan peringatan kepada Putri pun terkena sindrom Gede Rasa alias GR juga.
Urusan GR kadang memang gila, Put. Kita benar-benar tidak bisa lagi berpikir waras dan rasional, tertutupi oleh ilusi dan mimpi. Menerjemahkan semua kejadian berdasarkan yang mau kita dengar atau lihat saja. Padahal nyatanya? Tidak sama sekali" (Tere Liye, 2012: 20).
Tidak kali ini. Jauh-jaulah sana GR!!!
Sepotong Hati yang Baru
Pernikahanku dan Alysa tinggal menghitung hari. Persis lima hari sebelum kami menikah, Alysa bertemu dengan pria gagah. Pertemuan mereka berdua begitu mengesankan mungkin. Bagaimana tidak mengesankan kalau Alysa sampai membatalkan pernikahannya denganku. Dan lebih memilih pria gagah itu. Entah siapa pria itu. Dari mana Asalnya. Aku tak peduli dan tak mau tahu. Yang pasti pria itu telah menghancurkan kenangan indahku bersama Alysa. Menghancurkan kedekatan kami, keluarga kami hanya dengan lima hari pertemuan, sungguh tak masuk akal. Tapi, aku tak mampu dan tak bisa menyalahkan pria itu. Aku paham betul bahwa selalu ada bagian yang tidak masuk akal dalam perjalanan cinta.
Setelah setahun aku pergi dari kesedihan itu. Berhasil menyingkirkan kenangan lama yang selalu mengganggu otakku, Alysa mendadak menghubungiku. Dengan nada yang memelas, Alysa meminta kami bertemu malam ini. Alysa menceritakan bahwa pernikahannya dengan pria gagah yang dia yakini jodohnya saat itu, gagal. Alysa bertanya padaku, “apakan kau masih mencintaiku?”. Aku menggeleng, “Maafkan aku Alysa, aku sudah menikah. Bukan dengan seseorang yang amat aku cintai, aku inginkan. Tetapi setidaknya ia bisa memberikanku sepotong hati yang baru. Maafkan aku. Kau lihat. Ini cincin pernikahan kami, batu giok.” Aku menelan ludah. (hlm. 50). Alysa beranjak pergi dari hadapanku dengan rasa kecewa. Apa yang aku katakan kepada Alysa barusan semuanya bohong. Cincin yang kupakai bukan milikku. Cincin ini kepunyaan adikku. Aku belum menikah.
Cinta bukan sekedar soal memaafkan. Cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya. Cinta adalah harga diri. Cinta adalah rasionalitas sempurna.
Jika kau memahami cinta adalah perasaan irasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan kembali menganga. Kau dengan mudah membenarkan apapun yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut
(Tere Liye, 2012: 51).
##Pepatah bilang patah hati tapi tetap sombong, patah hati tapi tetap keren.
Bersambung...
1. Hiks, Kupikir Itu Sungguhan
2. Kisah Sie Sie
3. Sepotong Hati yang Baru
4. Mimpi-Mimpi Sampek-Engtay
5. Itje Noerbaja & Kang Djalil
6. Kalau Semua Wanita Jelek
7. Percayakah Kau Padaku
8. Buat Apa Disesali....
Berikut ini akan saya sajikan satu persatu sinopsis dari judul-judul yang ada dalam buku “Sepotong Hati yang Baru”.
Hiks, Kupikir Itu Sungguhan
Nana, Putri, dan Sari adalah teman akrab sejak SMA. Tak pernah terpisahkan. Sampai-sampai mereka melanjutkan ke perguruan tinggi yang sama. Tempat tinggalnya pun satu kontrakan. Wah benar-benar teman sehidup semati dan seperjuangan. Di kampus mereka, ada seorang cowok populer bernama Rio. Seluruh mahasiswi di kampus mengidolakan Rio. Termasuk Putri. Putri selalu merasa GR ketika Rio memberi senyuman, menyapa Putri, bahkan Rio ngelike status Putri, Putri langsung girang setengah mati. Rio memang supel dengan semua orang. Siapapun yang berpapasan dengannya, pasti akan diberikan senyuman paling indah. Siapapun yang Rio kenal, pasti akan mendapat perhatian darinya. Tapi, Putri tetap merasa bahwa Rio memberikan perhatian khusus untuk Putri. Nana dan Sari sudah berkali-kali memberi pengertian pada Putri bahwa memang begitulah sifat Rio. Parahnya, semua yang disukai Rio, pasti Putri juga ikut menyukainya.
Putri mulai sadar bahwa Rio tidak menyukainya ketika Rio mulai sering mengomentari status facebook Nana. Kali ini Nana yang GR. Karena Rio selalu memuji keahlian Nana membuat kue. Saat itu, apa yang dirasakan Nana persis seperti yang dirasakan Putri. Apalagi kalau bukan Gede Rasa alias GR. Melayang setiap mendengar pujian-pujian dari Rio. Padahal belum tentu pujian dari Rio itu menandakan kalau Rio menyukai Nana. Ternyata benar, suatu saat Rio mengajak Nana bertemu dengan orang tua Rio. Badan Nana gemetar. Keringat dingin karena secepat itukah Rio akan mengenalkan Nana dengan orang tuanya, pikir Nana. Tapi, apa yang terjadi tidak seperti yang dipikirkan Nana. Ternyata Rio mengajak bertemu orang tuanya hanya untuk memberikan semangat kepada Nana untuk terus mengembangkan bisnis kuenya. Kebetulan Mama Rio adalah pemilik jaringan kue terkenal. Sebab itulah, Rio menginginkan supaya bisnis kue-kue Nana bisa terkenal seperti bisnis mama Rio.
Dan ternyata Nana yang tidak pernah absen memberikan peringatan kepada Putri pun terkena sindrom Gede Rasa alias GR juga.
Urusan GR kadang memang gila, Put. Kita benar-benar tidak bisa lagi berpikir waras dan rasional, tertutupi oleh ilusi dan mimpi. Menerjemahkan semua kejadian berdasarkan yang mau kita dengar atau lihat saja. Padahal nyatanya? Tidak sama sekali" (Tere Liye, 2012: 20).
Tidak kali ini. Jauh-jaulah sana GR!!!
Sepotong Hati yang Baru
Pernikahanku dan Alysa tinggal menghitung hari. Persis lima hari sebelum kami menikah, Alysa bertemu dengan pria gagah. Pertemuan mereka berdua begitu mengesankan mungkin. Bagaimana tidak mengesankan kalau Alysa sampai membatalkan pernikahannya denganku. Dan lebih memilih pria gagah itu. Entah siapa pria itu. Dari mana Asalnya. Aku tak peduli dan tak mau tahu. Yang pasti pria itu telah menghancurkan kenangan indahku bersama Alysa. Menghancurkan kedekatan kami, keluarga kami hanya dengan lima hari pertemuan, sungguh tak masuk akal. Tapi, aku tak mampu dan tak bisa menyalahkan pria itu. Aku paham betul bahwa selalu ada bagian yang tidak masuk akal dalam perjalanan cinta.
Setelah setahun aku pergi dari kesedihan itu. Berhasil menyingkirkan kenangan lama yang selalu mengganggu otakku, Alysa mendadak menghubungiku. Dengan nada yang memelas, Alysa meminta kami bertemu malam ini. Alysa menceritakan bahwa pernikahannya dengan pria gagah yang dia yakini jodohnya saat itu, gagal. Alysa bertanya padaku, “apakan kau masih mencintaiku?”. Aku menggeleng, “Maafkan aku Alysa, aku sudah menikah. Bukan dengan seseorang yang amat aku cintai, aku inginkan. Tetapi setidaknya ia bisa memberikanku sepotong hati yang baru. Maafkan aku. Kau lihat. Ini cincin pernikahan kami, batu giok.” Aku menelan ludah. (hlm. 50). Alysa beranjak pergi dari hadapanku dengan rasa kecewa. Apa yang aku katakan kepada Alysa barusan semuanya bohong. Cincin yang kupakai bukan milikku. Cincin ini kepunyaan adikku. Aku belum menikah.
Cinta bukan sekedar soal memaafkan. Cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya. Cinta adalah harga diri. Cinta adalah rasionalitas sempurna.
Jika kau memahami cinta adalah perasaan irasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan kembali menganga. Kau dengan mudah membenarkan apapun yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut
(Tere Liye, 2012: 51).
##Pepatah bilang patah hati tapi tetap sombong, patah hati tapi tetap keren.
Bersambung...
0 comments