Cepatlah berhenti

03.38


Aku masih melewati setiap tapakan jejak diantara kita, jalanan yang tak bertuju, penuh liku dan berbatu, tak ada harapan yang mengayun pada hembusan debu kala itu, bahkan tak ada harapan untuk sejenak mengadu nafas agar selaras, mungkin usaha ku sudah sangat berat, berkeras kepala untuk bersama, tapi kamu melumpuhkan kerja kerasku hingga hancur berkeping-keping, tanpa sisa dan siasat.

Aku perempuan biasa tak behati baja, aku tak mampu harus membangun mozaik-mozaik itu menjadi istana kaca kita, semua telah menjadi luka yang jika kau tiup sedikitpun akan menjadi memar yang terpatri abadi, aku berani bilang abadi selama kamu yang kembali, dengan segala kesamaan mu yang hanya menambah luka semakin parah.
Mau sampai kapan menghujaniku dengan luka itu lagi, apa kau menunggu sampai aku mati, pelan-pelan menyentuh luka yang semakin memar, dan bahkan berdarah-darah, "kau ini mau membunuhku atau apa? ".

Maaf jika aku menggambarkan kisah kita semengerikan itu, tapi benar aku bahkan tak berani jika merasa lebih dalam, bisa-bisa aku kubur hidup-hidup ragamu.
Amarahku mungkin belum stabil jika ada ingatan segelintir tentang mu yang tercecer, apalagi sengaja kau cecer,  sudah berlangsung lama kita bertatap muka dengan rasa bahagianya jadi tolong jangan terus berusaha menjadikan masa itu akan sama.
Berhentilah mencari celah agar aku menoleh dan merelakan lukaku semakin sakit melihat mu, ku maafkan memang, segala tingkahmu yang membuatku muak, tapi jika kau hadir lagi rasanya ingin ku tarik maafku sebelum terlambat.

Cepatlah berhenti melihat ku sabagai dewi yang bermurah hati, sebelum segala amarahku terhadapmu meluap mngacau segalanya, ingatkah kamu aku bisa menelusuri semua tingkahmu dulu, walau berkilo-kilo jarak terbentang, tak ingat pula kah kamu soal kesakitanku menutupi segala kebenaran. Aku sudah lelah mengungkit semuanya, apalagi hadirnya aksara namamu dalam sapa.

Cepatlah berhenti mengais-ngais benih masa lalu yang sudah basi. Mungkin aku bisa merasa sedikit kasihan, hanya itu saja kutunjukan sabagai empati, tapi apa yang sebenarnya kau pikirkan, malah berharap bisa menyakitiku lagi.

Ku mantapkan harapan semoga lekas berhentilah mengarungi sendu rindu yang jelas buntu.
Kusemogakan selalu rasa itu cepat hilang melebur dalam butiran bening hujan esok hari.

You Might Also Like

0 comments

INSTAGRAM