Menunggu

09.03

Menunggu bukan hal mudah memang, selamat bagi mereka yang masih setia menjalani ritual ini, menunggu dan menunggu sampai kapanya kadang tak menjadi hal yang perlu dirisaukan untuk mereka yang menaruh jiwa dan hatinya untuk satu hal yang diyakini akan dijemputnya dalam balutan pencapaian, hasil dari kerelaanya menyeka lelah dan bosan, kekuatanya memupuk rindu yang terus menerus, percayalah semua yang dicapai akan lebih istimewa. 
Entah beberapa kali ini terus terbawa dalam alunan puisi yang sudah lama aku rangkai, ada banyak makna ternyata, aku membaca nya dulu dan sekarang, dan dengan keadaan dan nuansa yang berbeda, pesan yang terkandung kok jadi ikutan kata hati. 
Inilah, yang ditulis dengan segenap kesadaran untukmu



Aku sadar keadaan terlalu rapuh.
Mengengkang jiwa kita yang tak tau kapan utuh.
Bahkan balasan untuk cintamu yang penuh.
Tak ada masanya untuk mengungkap peluh.
Jika kau lirikan mata padaku untuk sebuah jawaban.
Aku lebih senang merespon dengan menengok atas.
Kuserahkan semesta membawa kabar gembira.
Dengan segala nuansa yang akan menjadi cara.
Bukan cara bersatu, tapi cara untuk meramu.
Membayangkan saja terlihat begitu syahdu.
Gerakan barista meramu kopi rasa madu. Pahit-pahit serta manis yang bercumbu.
Bak menyambut Cinta yang bertamu.
Jika kau tanya apakah kita sama-sama menunggu?
Maksudnya menunggu Hidayah.
Hidayah pengusir resah.
Hidayah pengubur gundah.
Atau menahan yang hanya singgah.
Baiklah, tapi jangan menunggu di Gerbang stasiun.
Menunggulah lebih dekat tanpa medium.
Diantara peron dengan gaya songong.
Atau silahkan di gerbong-gerbong yang masih kosong.
Jika tak sengaja atau disengaja engkau pergi.
Entah dengan gerbong mana yang kamu pijaki.
Tolong ingatlah aku tetap disini.
Menunggumu untuk kembali, dengan syarat keadaan terkendali.

You Might Also Like

1 comments

INSTAGRAM