BULU TANGKISKU KEMBALI

07.42



ini cerita yang aku buat berkat ide dari temenku, yah semoga bisa jadi film yang bakal kita kerjain nantinya, tapi mungkin butuh beberapa perubahan.
pesan dari film ini sih
"Membatasi diri yang terbatas bukan batasan untuk mencapai garis di luar batas, karena garis luar biasa telah menunggu di ujung sana"
nah kalo bingung, intinya tu, jika menurut kita kita tak mampu untu satu hal, jangan ragu mencoba hal baru dan jangan takut kegagalan, karena awal yang baru dan berani dapat merubah yang biasa menjadi luar biasa yaiku kesuksesan. hhe nah seperti itu sih yang pengen aku jelasin di cerita ini.


Hari-hari dilalui figo dengan bersanding obat-obatan yang terus diminumnya, dari mulai jam sarapan, makan siang hingga malam figo tak luput melupakan kewajibanya dengan obat, dari hal itu Figo jadi merasa dirinya lemah, dan dia juga berfikir oarang-orang di sekitarnya juga menganggapnya berpenyakitan, karena alasan itu Figo hanya menjalani kehidupanya seakan pasrah menunggu kematian, dia bahkan bisa dibilang tak punya teman di sekolah ataupun dirumahnya, padahal dia dulunya orang yang aktif bahkan saat smp dia adalah pemain bulu tangkis yang handal.

Suatu hari saat istirahat diantara keramaian orang-orang yang sedang makan camilan di depan kelas, Figo berjalan keluar ingin menuju perpustakaan karena hanya di perpustakaan itu dia bisa menyediri dengan tenang, tapi saat perjalanan ke perpustakaan dia melihat sosok Toni yang ceria, dia berbincang-bincang dengan banyak orang, sangat berbeda denganya, Toni juga pemain bulu tangkis yang disanjungi, saat itu pula Figo teringat dirinya yg dulu juga seperti toni, dia merasakan ketidakadilan hidup itu benar-benar jelas tergambarkan pada sosok Toni, amarah Figo yang meluap-luap dihatinya menjadi bibit frustasi yang sangat membara pada dirinya, Figo bahkan bingung harus memposisikan dirinya seperti apa, yg jelas, saat ini dia bukan apa-apa, hanya mahkluk penyakitan yg menunggu ajal datang, ketidakmungkinan untuk nya mengambil dirinya yang dulu itulah yang membuat dia tetap rapuh, Figo kembali menghela nafas menerim keadaan, tak sengaja penglihatan Figo jeli melihat dompet Toni yang terjatuh dari tasnya, setelah beberapa detik Toni berlalu, Figo masih diam tak memedulikan, “mungkin ada org lain yg juga melihatnya” pikir Figo, ternyata tidak setelah Toni telah berjalan satu meter dari dompetnya yg jatuh, Figo terasa janggung antara mengambilnya untuk Toni atau dia terus maju tanpa tau apa-apa dan melanjutkan kesendirianya. Akhirnya hati kecil Figo mengatakan iya, walau niat Figo hanya memberikanya tanpa mau berkata-apa terhadap Toni, tapi itu tak terjadi karena Toni tak segan berterima kasih pada Figo dan mengajaknya berkenalan, walau sebenarnya itu hal yang susah untuk Figo, tapi Toni bisa menyakinkannya bahwa dia tulus.

Setelah perkenalan mereka, Toni sering menghampiri Figo di kelasnya dan mengajaknya mengobrol, bahkan selang waktu berjalan Toni sedikit mengetahui apa yang dirasakan Figo selama ini tentang Bulu Tangkisnya dulu, tentang obat-obatanya sekarang. Tito terus berantusias memahami Figo, dan menyemangatinya untuk tetap ceria melewati hari-harinya.



Saat pulang sekolah Toni menghampiri figo, “apa yang ada di dalam tas mu sekarang?” tanya Toni, “ada buku, pensil, dan kamera milik ayahku yg dititipkanya tadi pagi” jawab Figo, “Ambilah salah satunya dan ayo ikut aku” seru Toni dan menarik Figo agar mengikutinya. Ternyata Toni mengajak Figo ke lapangan bulu tangkis di sekolahnya, Figo takjub melihat kembali lapangan yang sudah 2 tahun tak dia kunjungi itu. Figo memilih mengambil kamera ayahnya dari tasnya sesui perintah Toni. Toni pun bersiap memaikan bulu tangkis dan menyuruh Figo berada pada tempat sisi samping luar lapangan. “nah Fig, ditanganmu sudah ada kamera dan maafkan aku tak bisa membawamu kembali pada masa bahagiamu saat memainkan raket ini, tp disini kmu akan tetap menjadi sosok penting untuk pertandingan ini” jelas Toni , “kenapa bisa?” tanya figo, “kamu akan memotretku kan hahaha? ,kamu akan menjadi saksi semua kekalahan ataupun kemenangan, kamu juga bisa memeinkan moment sesukamu, saat aku melompat, terjatuh dan menyerah, keren kan? kehebatamu dulu dilapangan bulu tangkis, masih bisa kamu rasakan dibalik lensa kamera ini sekarang, berjuanglah”


Sejak saat itu, Figo aktif mengikuti pertandingan-pertandingan bulu tangkis sebagai fotografer handal, dan toni menjadi Pemain handala pula, Figo sekarang, Figo yang baru yang tidak hanya meratapi nasib, tapi berusaha merubah nasib walau kenyataanya tak bisa, tetap ia nikmati dengan  harapan kelak bisa memberi kenangan yang lebih indah ketika dia harus pergi.

You Might Also Like

0 comments

INSTAGRAM